Saturday 22 March 2014

fynn jamal

ada sesuatu pasal fynn jamal. begini, saya tak lagi menanggapi sajaknya, seperti dulu. persepsi saya berbeza, berubah. dan sajak-sajaknya yang pernah saya suka, dan ya, puja, dah jadi semacam stale. ini bukan kes makan lauk sama hari-hari sampai bosan. tidak. saya baca rasyidah othman hari-hari, dan saya masih sukakan sajak-sajaknya. ini tentang persepsi. ini kes outgrown. kita membesar, mencuba dewasa, dan malangnya, sajak-sajak fynn jamal, tidak dapat nak dibawa sama. 

jadi, saya tinggalkan fynn jamal. dan sajak-sajaknya. tapi dari dulu lagi, saya dah jarang setuju dengan pendapat fynn jamal sendiri. misalnya tentang politik. atau, dan ini selepas saya rasa sajaknya stale, bagaimana juna saya lihat, dan sepupunya, atitaharis (?), dijadikan jenama atau pelaris untuk menarik iklan masuk. jadi saya tak ada hal dengan itu.

tapi ada sebab-sebab peribadi, kenapa saya tak boleh benci fynn jamal. ada satu anekdot, kalau silap mohon betulkan, di masa soekarno, ketika soekarno ditentang oleh para mahasiswa. dan di dalam perjalanan untuk demo, mereka berjumpa dengan salah seorang wira kemerdekaan dan memohon supaya dia ikut serta, dan katanya, 'soekarno wira aku, dan ini perjuangan korang. aku tak dapat nak ikut, sebab soekarno akan kekal jadi wira di mata aku.'

tidaklah per se. tapi semangatnya begitu. ada sajak/lagu fynn jamal yang bagi kesan besar dalam cara yang aku pilih untuk dewasa. dan aku tak berani nak kembali kepada sajak/lagu tu. sebab kemungkinan untuk aku murtad, ada. bukan besar, tapi ada. dan ada itu pun sudah cukup menakutkan. 

sebenarnya aku tak begitu risau pun, aku percaya ingatan aku (dan kepada ingatan inilah tempat aku selalu kembali, bukan sajak/lagu tu secara fizikal lagi) bila pertama kali baca/dengar sajak/lagu tu, masih hidup dan ianya tak senang-senang nak dibunoh. tapi yelah, baik ambil langkah berjaga-jaga, bukan?

jadi itulah cerita fynn jamal, heroik bodoh dan ingatan yang dilindungi.