Hatinya mengeluh. Entah dari mana datang kudratnya untuk membuat hal sepele seperti itu, dia sendiri bingung. Namun hatinya tetap berkeras, keluhan tetap dilepas, walau dia sungguh-sungguh tak ingin. Hatinya pedih. Dari keluhan itu lahir rasa pedih. Dia ingin letak ubat, dan balut dengan kain kasa, namun hatinya terselindung di balik kulit, daging dan tulangnya. Dia hilang punca. Keliru bagaimana hendak dihapuskan pedih tersebut. Mungkin, fikirnya sekali imbas dia perlu tidur. Tapi dia tak mengantuk. Bagaimana hendak seorang yang tidak mengantuk untuk tidur. Maka sekali lagi, dia terfikir sekali imbas untuk makan pil tidur. Namun apa lah daya, pil tidur juga dia tiada. Lalu gundahlah jiwanya gara-gara pedih hatinya. Kombo. Dia tak senang duduk. Asyik berjalan mengelilingi meja kecilnya bagai seorang tetamu mengelilingi ka'bah dengan setia, demi mendamaikan hati dan jiwa. Namun dia tak bertuhan, ka'bah tak ada kesan ke atasnya.
Dia terbaring setelah penat mengelilingi meja kecilnya seperti orang tolol. Di atas meja tersebut dia berlabuh ke alam lena, bersama-sama keluhnya yang terkudrat dilepaskan, hatinya yang pedih dan jiwanya yang gundah.
Dia tak pernah bangkit lagi selepas itu.
No comments:
Post a Comment