Thursday, 2 May 2013

14:28j

Sekotak besi berlari kaput kaput
Di jalan raya bertar yang sendat lubang
Mengumpul penumpang yang marah-marah - gara gara dipaksa ke belakang ke belakang lagi - oleh konduktor - namun selalu saja redha
Kerana mereka esok akan ;
naik lagi marah lagi redha lagi lalu dilupa sampai mentari simbah teriknya ke mata baru teringat dan ulang semua semula
Seperti sisyphus yang menolak batu ke puncak gunung untuk sekali menolak batu ke puncak gunung

Sementara pemandu lupakan saja
Suara suara marah di belakangnya
Seperti mentari menyejat samudera menjadi awan
Cuma dia pilih speaker besar dan musik dangdut goyang goyangan jadi awan.

Apakan daya
Gajinya ada di kocek suara suara tak berwajah itu

Apalah daya
Duit minyak yang naik harga ada pada nilai seringgit setengah di setiap marah marah yang diluah

Jadi dia bawa saja
Kotak besinya yang kaput kaput
Di jalan bertar sendat lubang
Ulang alik tiap jam
Harung penat dan telan caci,

lagi dan setiap hari.

Macam sisyphus.

Dan tiap malam mereka, di gunung yang sama tapi bahagian beda, akan meraup tangan berdoa dengan takwa ;
Esok kiamatlah, tuhan.

No comments: